Suara Muda
Headlines News :
Home » , , , , , , , » Kesenian Asli Kebumen Yang Me-nusantara, Berawal Dari Sejarah Perlawanan

Kesenian Asli Kebumen Yang Me-nusantara, Berawal Dari Sejarah Perlawanan

Written By Bahrun Ali Murtopo on August 20, 2015 | 8/20/2015

Kebumen – Jika anda mencari tentang kesenian rakyat yang asli Kebumen bukan ndolalak, karena itu milik Purworejo, bukan Jaipongan karena itu dari Jawa Barat ukan rongeng karena itu dari Banyumas. Tetapi anda harus memperdalam tentang Seni Cepetan Alas yang ternyata asli Kebumen. Cepetan alas ini merupakan tarian yang sarat makna karena diawali dari perjuangan melawan Jepang.
Cépét yaitu kesenian tradisional di desa-desa di Karanggayam seperti Karanggayam, Kajoran dan Watulawang. Kesenian ini dimainkan oleh 12 orang. Para pemain memakai topeng raksasa. Rambutnya terbuat dari duk (sabut pohon aren) dan pemainnya mengenakan pakaian hitam, dan memakai sarung sebagai blebed di pinggang. Tarian diiringi musik tradisional yaitu kentongan, jidur (kendang gede) dan drum bekas. Cepetan alas oleh sebagian masyarakat di sebut juga Dangsak di desa Watulawang sudah ada sejak tahun 1960-an didirikan oleh Parta Wijaya (Alm), dan turun temurun sampai sekarang.
Di Watulawang para pemain seni ini, pentas hanya setahun sekali, tepatnya pada perayaan 17 Agustus. Dalam peringatan 17 Agustus, Cépét merupakan menu wajib yang harus di mainkan, mengiringi anak sekolah SD Watulawang yang konvoi mengelilingi desa, bahkan sampai ke desa lain di Peniron.
Saat mau pentas, para rombongan cépét biasanya sudah ngumpul pagi- di rumah Ketua rombongan (Dawintana ) dan memakai seragam dan aksesoris perlengkapannya, kemudian rombongan berangkat untuk mengikuti upacara peringatan 17 Agustus di SD Negeri Watulawang, bersama rombongan kuda lumping dan anak-anak sekolah.
Kemudian di lanjutkan dengan konvoi, rombongan cépét selalu berada di depan, dan di ikuti rombongan anak sekolah, dan paling belakang rombongan kuda lumping. Di perjalanan kadang pemain cépét ini sudah ada yang kesurupan, dengan sautan suara yang menyeramkan, mereka mengerang- ngerang laksana raksasa, semakin menambah keseraman terutama bagi anak kecil yang melihat.
Sesampainya di lokasi, di bakarlah kemenyan oleh sang pawang, terus mereka berjoged (Ngibing,jawa ) sesuai perannya, dan kesurupan pun makin menjadi- jadi, suasana makin menyeramkan, para pemain yang kesurupan itu mulai makan sesaji kumplit yang di sediakan di meja kusus tempat sesaji.
Mereka makan serba aneh, daun papaya mentah, kembang, minyak wangi, kemenyan, dan makanan makanan lain, bahkan ada juga yang makan ayam hidup. Penonton juga kadang ada yang kesurupan. Bagi anda yang berminat menyaksikan pentas Cépét, datang saja ke Desa Watulawang atau Kajoran pada setiap 17 Agustus, karena kesenian ini hanya pentas pada hari itu. (A-42/Brs/Opal/Diolah dari berbagai sumber).
Share this post :
 
Support : Creating Website | bahrun grup | simponi
Copyright © 2011. Suara Muda Kebumen - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by cs
Proudly powered by Blogger