Suara Muda
Headlines News :
Home » , , » Kesenian Kothek-Kothek perlu dilestarikan, Puring Kebumen

Kesenian Kothek-Kothek perlu dilestarikan, Puring Kebumen

Written By Bahrun Ali Murtopo on July 13, 2011 | 7/13/2011

Aktivitas menumbuk padi dilakukan oleh kaum perempuan atau ibu-ibu pada umumnya. Ketika padi telah dituai, masyarakat melakukan proses penumbukan padi, kemudian dimasak untuk dimakan bersama keluarga. Oleh karena adanya proses penumbukan padi.

Tinggalan budaya merupakan saksi sejarah perjalanan bangsa Indonesia mulai dari jaman ke jaman dengan berbagai kondisi perkembangan dunia. Salah satu prioritas dalam pembangunan nasional adalah pelestarian terhadap warisan budaya sebagai aset bangsa yang memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan, dan ekonomi.

Kesenian merupakan salah satu perwujudan jati diri bangsa Indonesia yang mempunyai ciri khas dari gambaran kehidupan masyarakat Indonesia dari
berbagai etnik. Kesenian tradisional merupakan salah satu perwujudan jati diri bangsa Indonesia yang dapat memberikan gambaran kehidupan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu upaya untuk menunjukkan jati diri bangsa Indonesia adalah dengan melestarikan kesenian tradisional, seperti kothekan lesung.

Aktivitas bertanam padi yang berlangsung dari generasi ke generasi ini melahirkan teknologi pengolahan hasil panen sebelum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pelakunya. Mulai dari menyemai benih padi, menanam padi, memanen, mengolah hasil, dan pemanfaatan hasil panen.


Dengan menggunakan alu dan lesung, maka lahirlah kothek lesung tersebut. Hal ini merupakan sebuah hiburan bagi kaum perempuan, agar supaya tidak terlalu terasa lelahnya pada saat menumbuk padi. Kothek adalah pukulan alu terhadap lesung yang menghasilkan suara atau bunyi yang merdu, sehingga terciptalah seni dari kothekan yang disebut dengan kothekan lesung.

jenis kesenian di atas muncul pada budaya masyarakat agraris. Pada kesenian kothek lesung, pada awalnya lesung adalah sebagai sebuah alat untuk memproses padi menjadi beras.

Kegiatan menumbuk padi dan bermain kothek lesung biasanya dilakukan di halaman depan atau halaman belakang rumah, biasanya dekat dengan rumah di mana padi disimpan (lumbung padi). Kothek lesung dapat dimainkan pada waktu siang maupun malam hari dengan sinar terang bulan.

Pada jaman dahulu biasanya seorang kepala desa pasti mempunyai lesung yang paling besar. Oleh karena itu pada waktu menumbuk padi, tanpa diundang warganya langsung datang membantu menumbuk padi, dan biasanya warganya lebih dari 4 orang. Selain sebagai alat untuk menumbuk padi, dahulu lesung juga berfungsi untuk memanggil anggota keluarga yang berada dari luar rumah. Masing-masing keluarga mempunyai kode sendiri dan selalu berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan suara lesung terjadi karena bahan dan ukuran yang berbeda-beda, sehingga suara yang dihasilkan berbeda pula.


Lesung kemudian berkembang menjadi sebuah media yang mempunyai nilai-nilai simbolik di dalamnya, dan akhirnya tercipta pula sebuah permainan seni musik yang disebut kothek lesung. Dan permainan kothek lesung yang selalu menyertai aktivitas menumbuk padi pun sedikit demi sedikit semakin ditinggalkan masyarakatnya.

Upaya pelestarian kesenian kothek lesung adalah dengan melibatkan tiga elemen masyarakat, yaitu kreativitas yang diciptakan oleh seniman atau pelaku seni kothek lesung, dukungan pelestarian dan pengembangan dari pemerintah selaku pembina dan pengelola seni, serta hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat selaku penikmat seni.http://www.apakabarjogja.com/kesenian-kothek-lesung-perlu-
Share this post :
 
Support : Creating Website | bahrun grup | simponi
Copyright © 2011. Suara Muda Kebumen - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by cs
Proudly powered by Blogger