Suara Muda
Headlines News :
Home » » PENDIDIKAN NASIONAL BELUM MEMBEBASKAN

PENDIDIKAN NASIONAL BELUM MEMBEBASKAN

Written By Bahrun Ali Murtopo on July 6, 2010 | 7/06/2010


PENDIDIKAN NASIONAL BELUM MEMBEBASKAN

Pergerakan Mahasiswa Islam Indnesia (PMII) Cabang Kebumen, Minggu 2/5/2010 melaksanakan kegiatan diskusi kultural yang membedah kondisi dunia pendidikan di Indonesia. Acara ini dilaksanakan secara santai dengan duduk lesehan di alun-alun Kebumen tepatnya di warung agkringan depan pendopo Kabupaten. Hadir dalam diskusi itu para praktisi pendidikan dari sekolah luar biasa, sekolah umum, dan sekolah alternative.


Dalam diskusi terungkap bahwa saat ini dunia pendidikan Indonesia masih belum membebaskan. Artinya pendidikan masih terkungkung pada sistem formalitas belum mengacu pada upaya mencerdaskan kehdupan bangsa dan baru sebatas mengejar target normatif misalnya Ujian Akhir Nasional (UAN). Ini berakibat pendidikan belum mampu mengantarkan peserta didiknya menjadi pribadi-pribadi unggul, mandiri dan berkembang sesuai bakat alamiah yang dimiliki,  demikian seperti yang diungkapkan Dwi Kurniawan yang juga ketua PC. PMII Kebumen.

Ia menambahkan, Semestinya paradigma yang dibagun adalah berbasis karya. Faktanya pendidikan saat ini lebih berorientai pada tuntutan selera pasar dimana nalar pasar ini telah merata dalam benak masyarakat. Ketika seorang mahasiswa telah menyelesaikan study maka yang ditanya dimana ia bekerja bukan apa karya yang sudah dihasilkan.

Apa yang diugkapkan Syahid Amrulloh salah seorang pengajar di Sekolah Luar biasa di Kemukus menjadi renungan kita bahwa pada dasarnya kewajiban mendidik anak adalah di tangan orang tua sendiri, bagaimanapun orang tua harus mendampingi putra-putrinya dalam memperoleh pendidikan meskipun sudah dipercayakan di sekolah tertentu.

Rimba Palangka, praktisi pendidikan dari salah satu SMP di Kalijaya Alian mengutarakan, pendidikan nasional saecara tidak langsung membodohkan dan mengekang. Sekolah formal malah membatasi kreatifitas guru dalam menyampaikan variasi model belajar. Selain itu guru sendiri seharusnya juga memiliki kiat-kiat untuk memotivasi siswa agar gemar membaca. Menurutnya guru akan tercengang dengan kemampuan siswa jika budaya membaca sudah tercipta di lingkungan sekolah.

Lain lagi dari eksplorasi dari pendamping Sekolah Komunitas Kampung Jagad, Dariman mengungkapkan bahwa pendidikan itu semestinya meletakkan peserta didik sebagai subyek. Di Sekolah alternativenya tidak ada guru yang ada adalah pendamping. Menurutnya penyebutan guru akan menciptakan jarak dengan anak didik. Pada saat tertentu pendamping malah bisa belajar dari siswa, menurut hematnya posisi seperti ini menciptakan keakraban sehingga suasana belajar menjadi cair dan anak-anakpun menjadi lebih terbuka, demikian pungkasnya.
Share this post :
 
Support : Creating Website | bahrun grup | simponi
Copyright © 2011. Suara Muda Kebumen - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by cs
Proudly powered by Blogger