Suara Muda
Headlines News :
Home » , , » POLITIK KAUM MUDA " Menarik atau Menakutkan "

POLITIK KAUM MUDA " Menarik atau Menakutkan "

Written By Bahrun Ali Murtopo on October 25, 2013 | 10/25/2013


SuaraMuda-Banyak kaum muda yang memilih bersikap apatis atau apolitis terhadap situasi politik nasional. Padahal, Pemilu 2014 sudah di depan mata. Mengapa kepedulian kita bisa berdampak besar terhadap masa depan bangsa? 

”Menurut gue politik itu abuabu. Enggak bisa sepenuhnya jujur,” ujar Ben, mahasiswa jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Semarang. ”Memang enggak semuanya pembohong. Tapi seringnya selalu ada kepentingan di balik suatu langkah yang diambil,” tambahnya. Banyak kejadian yang membuat Ben kecewa terhadap politik yang dilakukan bangsa Indonesia. 

Mungkin Ben tidak sendiri. Mungkin banyak remaja dan mahasiswa lain yang memiliki sikap pesimistis seperti Ben. Namun, benarkah politik itu buruk? Benarkah politik Indonesia adalah ”politik negatif” seperti yang ada di pikiran Ben? Politik memang bukanlah topik ringan untuk dijadikan bahan diskusi. Namun, harapan untuk mengubah nasib bangsa sebenarnya masih terbuka lebar. 

Nyatanya, masih ada lohbeberapa anak muda yang menanggapi persoalan politik dari sudut pandang positif. Bahkan, ada di antara mereka yang menunjukkan aksi nyat. Lihat saja Wahid Chandra. Mahasiswa Universitas Nasional (Unas) Jakarta ini berpendapat bahwa generasi muda bangsa seharusnya tidak apatis dan apolitis terhadap situasi politik nasional. 

”Pemuda adalah tumpuan bangsa yang mestinya terlibat aktif dalam membahas isu-isu kekinian,” koarnya bersemangat. Mahasiswa jurusan Hubungan Internasional ini memang tidak menampik bahwa banyak sekali anak muda yang memilih untuk menjadi golput dalam berbagai pemilihan umum, mulai pilkada hingga pemilihan presiden dan wakil presiden. Menurut dia, hal itu wajar. 

Bahkan, golput bisa dibilang pilihan yang paling mudah dan masuk akal bagi anak muda. ”Banyak anak muda yang sudah jenuh melihat karut-marutnya situasi politik nasional, korupsi yang merajalela, serta partai politik yang hanya memikirkan kepentingan golongannya,” paparnya. 

Meski demikian, Wahid masih memiliki harapan bahwa ke depannya anak muda harus aktif dalam menanggapi isu-isu nasional. Melakukan diskusi aktif bisa dijadikan salah satu sarana sadar politik, di samping juga menggunakan media sosial dalam menyampaikan aspirasi. Memang, tak semua muda-mudi memiliki ketertarikan melakukan diskusi-diskusi semacam itu. Namun, disadari atau tidak, Indonesia memang sedang melangkah menuju ke pesta demokrasi pada 2014 mendatang, yang tinggal menunggu hitungan bulan. 

Reni Suwarso, dosen sekaligus direktur dari Center For Election and Political Party (CEPP) FISIP Universitas Indonesia, mengatakan bahwa pada Pemilu 2014 diprediksi ada sekitar 53 juta pemilih muda yang berusia 17 sampai 29 tahun. Jumlah tersebut dibagi ke dalam beberapa bagian. Pertama adalah anak muda dengan status sosial ekonomi (SSE) menengah dan bawah, yang pragmatis akan politik. 

Kedua anak SMA atau mahasiswa dengan SSE menengah, yang paham politik, tetapi alergi politik. Dan ketiga adalah anak muda aktivis organisasi yang sangat paham dan mau aktif terlibat dalam berbagai kegiatan politik. Menyambung pendapat Wahid, Reni juga memaparkan alasan yang membuat generasi muda zaman sekarang cenderung apolitis. 

Menurutnya, kebanyakan anak muda masih kurang dalam memperoleh pendidikan atau pengetahuan politik. Mereka cenderung mendapatkan informasi yang tidak tepat. ”Ya, politik yang selama ini dipahami adalah politik yang salah. Politik bukan hanya soal bagaimana mendapat dan mempertahankan kekuasaan, juga bagaimana menggunakan kekuasaan untuk mengalokasi atau mendistribusikan sumber-sumber kekayaan alam, kekayaan manusia seperti keberagaman atau pluralisme, kekayaan akal, pikiran, ide dan kemampuan kerja manusia, supaya manusia bisa hidup aman, sejahtera, adil, dan sentosa,” paparnya. 

Menurut Reni, sebagian besar politisi saat ini tidak pernah belajar politik. Mereka mau terlibat politik dengan tujuan memperoleh kekuasaan besar. Oleh karena itu, yang dibutuhkan Indonesia sekarang adalah negarawan, orang yang memikirkan dan bekerja untuk negara. Jika permainan politik negara tidak berubah ke arah yang baik, Reni berujar, jangan heran jika pada masa depan semakin banyak anak muda menjadi lebih apatis dan pragmatis. 

”Namun, jika anak muda tahu politik yang benar, umumnya mereka langsung tertarik untuk aktif. Minimal ingin tahu lebih lanjut,” katanya. Sebenarnya cukup banyak kaum muda yang sadar dan aktif dalam politik. Aktif politik di sini bukan hanya yang berkaitan dengan partai politik ya, tapi mereka juga terlibat dalam isu-isu advokasi, khususnya civil society activities. ”Masih banyak kok anak muda yang perhatian dengan kondisi negara,” tutur Reni. 

Tidak sekadar berharap bahwa akan ada kesadaran pada anak muda yang muncul dengan sendirinya, Center for Election and Political Party (CEPP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI mengadakan kegiatan yang disebut Rock The Vote Indonesia. Alasannya, mereka ingin agar kaum muda Indonesia lebih melek terhadap perkembangan politik di dalam negeri. 

Rock The Vote merupakan gerakan yang mulanya dilakukan di Amerika Serikat jelang pemilihan umum Presiden Barack Obama. Gerakan ini bertujuan memberi pengetahuan seputar pemilihan umum kepada kaum muda. Melihat tujuan positif dan dampak yang sangat baik terhadap keikutsertaan anak muda, akhirnya Rock The Votediadaptasi ke berbagai negara, termasuk di Indonesia. 

Di Tanah Air, Rock The Voteini tersebar ke berbagai daerah. Tercatat sebanyak 38 universitas di seluruh Indonesia telah menyelenggarakan Rock The Vote. Rock The Vote Indonesiadigerakkan oleh anak-anak muda yang peduli akan kehidupan politik bangsa. Mereka mencoba untuk mengajak anak-anak muda lain mengerti dan memahami seluk beluk politik yang terjadi di Indonesia. 

“Jangan sampai nanti anak muda memutuskan enggak memilih hanya karena enggak ngertimekanisme pemilihannya. Atau mereka enggak tahu harus memilih siapa?” ucap Irham, Project Officer Rock The VoteUniversitas Indonesia yang dihelat April 2013 silam. Pada 15 Agustus mendatang juga akan dihelat Rock The Voteterbesar di Universitas Indonesia dengan perkiraan 8.500 orang peserta. 

Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Indonesia ini menyebutkan bahwa acara Rock The Vote, khususnya di UI, dilakukan dengan cara-cara yang menarik minat anak muda. Rock The Votemengundang pembicara dari berbagai partai politik untuk menjelaskan seluk-beluk kehidupan politik. Tentunya, tanpa membawa kepentingan partainya masing-masing dong. 

”Ya, dengan acara Rock The Voteini semoga nanti pada 2014 pemilih-pemilih muda enggak ada yang golput lagi,” tuturnya. Nah, melihat masih banyaknya anak muda yang peduli akan bangsa ini, apa kita masih mau apolitis dan memilih untuk golput? 

Sumber : ( Sindo )
Share this post :
 
Support : Creating Website | bahrun grup | simponi
Copyright © 2011. Suara Muda Kebumen - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by cs
Proudly powered by Blogger