Suara Muda
Headlines News :
Home » » WTS BELUM TENTU HINA ...?

WTS BELUM TENTU HINA ...?

Written By Bahrun Ali Murtopo on November 23, 2009 | 11/23/2009


Saya baru dua bulan di sini, saya asalnya dari satu desa . Di sini paling baru tiga bulan. D saya tidak kaya gini, saya dagang di pasar. Saya nunggu tamu dari jam 12 saya ngekos di kutoarjo. Kalau ada tamu kadang melayan di sini aja, ada kamar dua di belakang. Saya begini karena keadaan ekonomi, meskipun jepara kota besar tapi di jepara rumah saya saya di pelosok desa. Saya dulu Cuma pernah dagang di pasar.

Saya sudah berumah tangga dan sudah punya anak putra. Sekarang SMP kelas dua biayane tambah besar. Satu bulan sekali saya pulang kerumah dan anak saya tahunya saya bekerja di Jakarta. Salah satunya memilih di kebumen karena jauh dari jepara, dulu saya sekolah di SD, saya ikut ngaji dan juga bersembahyang. Menurut saya islam adalah keyakinan, saya jalani ibadah tapi tidak di sini. Paling di kutoarjo saya ikut srawung dengan masyarakat ikut muslimatan ikut pengajian. Tapi tetap perasaan saya ndak karu-karuan jadinya, namanya manusia. Saya ingin cari modal dan dagang di rumah. Saya tidak dapat bantuan tunai langsung, Sebenarnya ingin dapat.

Harapan saya untuk anak saya supaya jadi anak yang soleh, seperti orang-orang lain. Saya sudah pisahan di tinggal suami, dia nyeleweng, mabuk, main. Kalau mabuk dia ngamuk, saya kehendak sendiri kerja di sini ndak ada yang nyuruh. Saya tadinya jualan cabe tapi malah pada busuk, sedang anak butuh baya sekolah di kota, butuh ongkos kendaraan, karna rumah di gunung.
Saya menikah usia 18 tahun, dan berumah tangga selama 3 tahun. Sudah menjanda lama terus jualan di pasar mbantu orang tua
.
Pendidikan agama anak saya di dapat dari sana ngaji al Quran. Saya kalau pulang mengkontrol kemampuan mengaji anak.. saya bisa juga membaca al quran sedikit-sedikit.

Hukum bekerja seperti ini secara Islam tahu tapi karena keadaan. Penghasilan dari setiap tamu tidak pasti. 50 ribu termasuk banyak. Pernah juga ditinggal pergi pas di kamar mandi. Kadang ada yang mabuk, minumannya di luar beli di luar. sudah di tidurin lalu ditinggal pergi. Asal di rumah sini lebih aman. Jika ada tamu masing-masing di sini tidak ada terikat aturan giliran. Kalau ada tamu tergantung seleranya tamunya.

 Di sini saya membayar iuran untuk air dan listrik tapi jumlahnya tidak tentu. Kadang saya dari tamu dapat 50 rb kadang 30 ribu, standar tarif. Bulan puasa saya di rumah sini tutup. Dirumah tidak bekerja apa-apa bersama orang tua. Mereka tani. Sebelum puasa saya sudah dapat 15 hari di sini. Lebaran baru ke sini lagi. Kalau ada tamu saya tidak pilih-pilih tapi yang paling saya sebeli tamu mabuk, kadang membentak-bentak. Tapi saya tidak mau diajak keluar. Sehari kadang ada 2 tamu, saya di sini aja ndak pernah kemana-mana, kalau ndak mau ya ndak apa-apa.
Doa saya untuk anak saya supaya dapat sekolah tinggi bisa bekerja, alau anak sudak bekerja saya pulang ke rumah. Sebetulnya sudah tidak betah tapi butuh.

Jangan nggap WTS itu jelek dia pun ingin kenbali seperti orang biasa,tapi apa ada orang yang mau menerimany. Pernah mencoba tuk kembali lagi kerja di took tapi ada orang tau aku matan WTS.ahirnya di pecat sebenarnya kau ingain bertobat tapi dari masyrakat .belum menerima mencoba kerja yang lain sulit aku dapati dengan statuaku.ini.

Apa orang engga boleh tobat, udah ku coba berulangan-ulang bertobat .kalo aku ngaur mau makan apa anak-anak aku. Sedangkan tobat kejalan baik tidak di terima.sebenarnya aku sudah bosan dengan jalan ini aku ingin seperti orang biasa.

KAmi sebagai peserta wawancara .sadar bawh dia jalanai karena keterpaksaan,bukan karena keingnan dirinya. Jangan ngapa WTs orang terhina mukin kita yang sangat terhina melihat mereka hina. Ini hasil wawancara waktu pelatihan jurnalistik di pmii.ini kisah yata.

Share this post :
 
Support : Creating Website | bahrun grup | simponi
Copyright © 2011. Suara Muda Kebumen - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by cs
Proudly powered by Blogger