"Mahasiswa dan para muda harus muncul di garda depan sebagai motor antikorupsi," kata Retha Dungga, penggagas organisasi sayap Transparency International Indonesia, Kamis, 16 Juni 2011.
Menurut Retha, pelatihan kreatif itu diharapkan membantu peserta menggali kekuatan yang ada di dalam dirinya. Bila sebelumnya anak muda alergi dengan kata korupsi, maka dalam pelatihan yang dikemas dengan kegiatan seru dan atraktif itu anak muda diajak melihat betapa dekatnya korupsi dalam kehidupannya sehari-hari. Mereka kemudian diajak menyusun sebuah aksi nyata melawan korupsi.
"Agar generasi muda mengetahui, korupsi bukan hanya masalah negara, tapi masalah diri sendiri," kata Retha.
Dengan mengkombinasikan pengalaman advokasi dalam bidang antikorupsi yang dimiliki oleh Transparency International Indonesia serta teknik fasilitasi yang dikembangkan Ashoka Indonesia dan Inspirit Inc., kegiatan itu ingin bisa masuk dalam wilayah perubahan sosial. Aktivitas dirancang agar bisa membantu kaum muda menajamkan ide dan menguatkan aksi nyata dalam melakukan perubahan sosial yang berdampak bagi masyarakat sekitarnya melalui pendekatan unik dan kreatif.
"SPEAK adalah perkumpulan anak muda yang peduli agar Indonesia menjadi bersih dari praktek curang dan ketidakadilan," kata Retha. "Mengutip Bung Karno, 'Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia', itu intinya."
Di tangan anak muda, terletak masa depan sebuah bangsa. Meski komposisi kaum muda di negeri ini hanya 30 persen dari populasi, dengan energi dan idealisme yang mereka miliki, kaum muda mampu menciptakan perubahan berarti. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya semua perubahan di Indonesia kaum muda selalu berada di garda depan. Contohnya, gerakan Reformasi Mei 1998 yang memicu tumbangnya rezim Soeharto.
"Tahun lalu Transparency International Indonesia juga menemukan fakta masalah korupsi bisa diberantas kaum muda," kata Retha.