KEBUMEN, Bahwa program pemerintah
dalam dunia pendidikan baik sharing dana pusat maupun daerah cukup besar yakni
20%, Pengelolaan keuangan di
sekolah belum transparan. Indikatornya, jangankan masyarakat luas, warga
sekolah saja banyak yang tidak tahu kondisi keuangan sekolah, Keterlibatan komite sekolah dalam
penyusunan RAPBS (Rencana Anggaran Pelaksanaan
Biaya Sekolah) masih minim, bahkan ada yang sekedar sebagai
tukang stempel, Hampir
tidak ada sekolah yang menaruh APBS dan laporan keuangan di tempat yang dapat
diakses oleh public, sehingga menejemen dan kontrol yang buruk berdampak
pada indikator pendidikan dengan hasil yang buruk, seperti telah disampaikan
melalui Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun Anggaran 2011,
walapun tingkat kelulusan tinggi namun angka putus sekolah juga meningkat.
Hal ini disampaikan oleh Mustika
Aji selaku pemandu acara diskusi lintas sektoral SKPD, DPRD, Unsur Masyarakat,
DPPKAD, di Rumah Makan Yunani 19 (21/3).”Memang agak aneh merujuk pada LKPJ
Bupati yang telah disampaikan kepada DPRD kita, ketika dana anggaran untuk
pendidikan ditingkatkan hingga 20% baik itu di APBN dan APBD nya melebihi dari
sektor-sektor yang lain, angka kelulusan okelah tinggi walaupun itu tidak
terlalu signifikan, namun yang sangat mengherankan angka putus sekolah justru
semakin meningkat, untuk SD dari tahun 2009 0,12%, SLTP 0,59%, SMA 0,63%, tahun
2010 yang putus sekolah tingkat SD 0,22%, SLTP 0,33, SLTA 0,40. Yang lebih
mengherankan justru peningkatan angka putus sekolah tingkat SD 0,12 %, 0,45%,
SLTA 0,78%, padahal salah satu target tujuan besaran anggaran pendidikan
sekolah adalah salah satu upaya pemerintah untuk menanggulangi anak putus
sekolah, jutru itu tujuan yang paling mendasar.”Katanya
Dilain pihak Dewan Pendidikan
Kebumen Supriadi SPd, MPd menyampaikan reflesi akhir tahun digedung Dewan
Kebumen.” Pengelolaan keuangan di
sekolah belum transparan. Indikatornya, jangankan masyarakat luas, warga
sekolah saja banyak yang tidak tahu kondisi keuangan sekolah, Keterlibatan
komite sekolah dalam penyusunan RAPBS masih minim, bahkan ada yang sekedar
sebagai tukang stempel, Hampir tidak ada sekolah yang menaruh APBS dan laporan
keuangan di tempat yang dapat diakses oleh public