Suara Muda
Headlines News :
Home » , , , » Alumni STAINU Kebumen Tolak Sekolah Internasional

Alumni STAINU Kebumen Tolak Sekolah Internasional

Written By Bahrun Ali Murtopo on January 9, 2012 | 1/09/2012

alumni Stainu Kebumen 
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) tidak lagi mencerminkan pemerintah yang peduli terhadap anak miskin. Selama ini konsepa RSBI hanyalah sebuah program yang hanya untuk mencari keuntungan semata. 

Subsidi yang diberikan kepada RSBI lebih banyak digunakan untuk pembangunan fisik sarana dan prasarana semata. Sementara untuk pengembangan dan pemberdayaan peserta didik sangatlah minim.r />
Demikian dikatakan koordinator Alumni STAINU Kebumen Eko Wahyudi, dalam jumpa pers bersama Forum Guru Swasta (Forgusta) Kebumen untuk menolak proyek sekolah bertaraf internasional, di Kebumen, Jawa Tengah, hari Senin (4/4).

Kontributor NU Online di Kebumen Rimba Palangka melaporkan progra sekolah internasional tidak sesuai dengan yang direncanakan, yaitu menaikkan standar mutu pendidikan. Tapi hanya mencari keuntungan saja.

”Program RSBI rawan terhadap penyimpangan karena RSBI cenderung menekankan biaya pendidikan ketimbang kualitas pendidikan. Di lapangan baru sekedar mengubah status sekolah dan terkesan menghambur-hamburkan anggaran,” ungkap Wahyudi.

Di Kebumen, anggaran untuk sekolah-sekolah bertaraf internasional direncanakan mendapat 289 miliar.
Alumni STAINU Kebumen dan Forgusta menolak adanya diskriminasi pendidikan. ”RSBI bertentangan dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan yakni pemerataan, keadilan dan kesetaraan karena hanya mengakomodir 20% kuota untuk siswa miskin dan dalam penyelenggaraanya belum bisa terpenuhi secara maksimal justru alokasi anggaran lebih bayak terserap untuk pengadaan sarana prasarana mencapai 50%,” kata mereka.

Dikatakan, kementerian Pendidikan nasional harus menghentikan program sekolah Rintisan Sekolah Berstandar Internasional, selain demi pemerataan keadilan juga dalam rangka memutus potensi korupsi di lingkungan pendidikan

“RSBI bukan jaminan untuk melahirkan siswa-siswa yang cerdas, sebab lebih banyak siswa yang masuk karena mengejar status dengan kemampuan dana yang dipunyai. Program ini dapat menciptakan diskriminasi bagi siswa yang memiliki potensi untuk bisa bersekolah di sana dan cenderung menghambat perkembangan sumber daya manusia. Sebab, pada dasarnya setiap anak memiliki potensi untuk berkembang baik anak orang kaya ataupun anak orang miskin,” Khotimul Hasan dari Forgusta.



Alumni STAINU Kebumen Tolak Sekolah Internasional

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) tidak lagi mencerminkan pemerintah yang peduli terhadap anak miskin. Selama ini konsepa RSBI hanyalah sebuah program yang hanya untuk mencari keuntungan semata. 

Subsidi yang diberikan kepada RSBI lebih banyak digunakan untuk pembangunan fisik sarana dan prasarana semata. Sementara untuk pengembangan dan pemberdayaan peserta didik sangatlah minim.r />
Demikian dikatakan koordinator Alumni STAINU Kebumen Eko Wahyudi, dalam jumpa pers bersama Forum Guru Swasta (Forgusta) Kebumen untuk menolak proyek sekolah bertaraf internasional, di Kebumen, Jawa Tengah, hari Senin (4/4).

Kontributor NU Online di Kebumen Rimba Palangka melaporkan progra sekolah internasional tidak sesuai dengan yang direncanakan, yaitu menaikkan standar mutu pendidikan. Tapi hanya mencari keuntungan saja.

”Program RSBI rawan terhadap penyimpangan karena RSBI cenderung menekankan biaya pendidikan ketimbang kualitas pendidikan. Di lapangan baru sekedar mengubah status sekolah dan terkesan menghambur-hamburkan anggaran,” ungkap Wahyudi.

Di Kebumen, anggaran untuk sekolah-sekolah bertaraf internasional direncanakan mendapat 289 miliar.
Alumni STAINU Kebumen dan Forgusta menolak adanya diskriminasi pendidikan. ”RSBI bertentangan dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan yakni pemerataan, keadilan dan kesetaraan karena hanya mengakomodir 20% kuota untuk siswa miskin dan dalam penyelenggaraanya belum bisa terpenuhi secara maksimal justru alokasi anggaran lebih bayak terserap untuk pengadaan sarana prasarana mencapai 50%,” kata mereka.

Dikatakan, kementerian Pendidikan nasional harus menghentikan program sekolah Rintisan Sekolah Berstandar Internasional, selain demi pemerataan keadilan juga dalam rangka memutus potensi korupsi di lingkungan pendidikan

“RSBI bukan jaminan untuk melahirkan siswa-siswa yang cerdas, sebab lebih banyak siswa yang masuk karena mengejar status dengan kemampuan dana yang dipunyai. Program ini dapat menciptakan diskriminasi bagi siswa yang memiliki potensi untuk bisa bersekolah di sana dan cenderung menghambat perkembangan sumber daya manusia. Sebab, pada dasarnya setiap anak memiliki potensi untuk berkembang baik anak orang kaya ataupun anak orang miskin,” Khotimul Hasan dari Forgusta.

Kebumen, NU Online
Share this post :
 
Support : Creating Website | bahrun grup | simponi
Copyright © 2011. Suara Muda Kebumen - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by cs
Proudly powered by Blogger