Bati kebumen kali ini sudah menebus pasaran luar negeri
denga banyaknya motif dari tahun-ketahun ketahun di kebumen terus bertambah
denga kekeratifan pembuat batik untuk menyajika terbaik buat
Berbicara tentang motif, batik kebumen sangat kaya, karena
jumlahnya lebih dari 200. Bahkan hampir dua kali lebih besar jumlahnya, karena
perajin mulai mengangkat motif-motif yang sudah lama tidak diproduksi
.Perajin dari kelompok Mekar Sari tersebut menuturkan meski kapasitas produksi Kebumen masih terbatas, sekitar 170 lembar kain batik setiap bulan, sudah ada yang menembus beberapa negara.
pembatik dari kebumen berbeda dengan tarikan pembatik dari daerah lain di seluruh Indonesia. Motif yang paling banyak dihasilkan bernuansa alam, baik yang terkait dengan dunia flora dan fauna.”
Berkat koordinasi tersebut, motif-motif asli dari Kebumen seperti jagatan, serikit, ngabah butah, kawung jenggot, pugeran, gringsing, ukel cantel, sudah mulai dikenal di beberapa kota besar Indonesia.
Jenis paling mahal adalah batik tulis jagatan dan serikit, karena tingkat kesulitan pembuatannya tinggi. Selain itu bahan bakunya berkualitas nomor satu yang dipesan langsung dari Pekalongan.
Fenomena itu mengindikasikan bahwa industri batik dari
Kebumen memang sangat kuat. Kaum ningrat dari keraton di Jawa Tengah bahkan mempercayakan
kepada perajin batik Kebumen untuk menghasilkan kain batik sesuai dengan ciri
khas keraton. Dengan kekuatan berbeda pada tujuh sentra batik di Desa Seliling,
Jemur, Tanuraksan, Batil, Surotrunan, Kambangsari, Pesawahan dan Ganggengan,
Kebumen, telah mendeklarasikan bahwa dalam 2 tahun ke depan, industri batik
daerah tersebut bisa sejajar dengan produsen batik dari daerah lain seperti
Pekalongan, Solo, maupun Yogyakarta.
“Meski masih dalam kapasitas kecil, batik tulis dari Kebumen sudah memiliki konsumen tetap di Thailand, Malaysia, Selandia Baru, Denmark, dan Belanda,” ungkap Hera. (bisnis.co.id)
“Meski masih dalam kapasitas kecil, batik tulis dari Kebumen sudah memiliki konsumen tetap di Thailand, Malaysia, Selandia Baru, Denmark, dan Belanda,” ungkap Hera. (bisnis.co.id)